Kamis, 10 April 2014

makalah proses sosial dan interaksi sosial

SOSIOLOGI
PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
    Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
    Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan. Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing – masing,maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian proses sosial dan interaksi sosial ?
2.    Apa tujuan proses sosial dan interaksi sosial ?
3.    Apa faktor-faktor  yang mendasari interaksi sosial ?
4.    Siapa yang menjadi agen sosialisasi?
5.    Apa syarat terjadinya interaksi sosial ?
6.    Apa bentuk-bentuk interaksi sosial ?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian proses sosial dan interaksi sosial.
2.    Untuk mengetahui proses sosial dan interaksi sosial.
3.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial.
4.    Untuk mengetahui siapa yang menjadi agen sosialisasi.
5.    Untuk mengetahui syarat terjadinya interaksi sosial.
6.    Untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Proses Sosial dan Interaksi Sosial
    Proses sosial penting kita pelajari karena sesungguhnya perawat sangat terkait dengan tugas dan kompetensinya yaitu, memberikan pendidikan, kesehatan kepada kliennya, artinya pendidikan kesehatan disini adalah mensosialisasikan program kesehatan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung kepada kliennya dalam rangka meningkatkan status kesehatan kliennya maupun memandirikan kliennya untuk dapat menolong dirinya sendiri sehingga mengurangi ketergantungan pada orang lain.
    Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian proses sosial dan interaksi sosial (Gunawan, 2010) :
1.    Adham Nasution
Proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan individu-individu saling berhubungan, yang merupakan bentuk antara aksi sosial, ialah bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau orang perorangan mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian ditegaskan lagi, bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan manusia (human actions) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respons di dalam hubungannya satu sama lain.
2.    Abu Ahmadi
Proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah ada. Dengan konsep interaksi sosial, ia memberikan batasan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya.
3.    Soerdjono Dirdjosisworo
Proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Ia kemudian memperinci pengertian rumusan ini sebagai berikut :
a.    Pengaruh timbal balik sebagai akibat hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok mengenai berbagai aspek kehidupan manusia seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
b.    Berbagai segi kehidupan tersebut adalah penerapan aspek-aspek utama dalam kehidupan sosial yang mewarnai bahkan menentukan perkembangan dalam kehidupan bersama.
Interaksi sosial sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok-kelompok manusia.
4.    Roucek dan Warren
Interaksi adalah suatu proses melalui tindak balas tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, yang mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain.
5.    Gillin dan Gillin
Proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
6.    Robert M.Z.
Mengemukakan Definisi perubahan sosial yaitu proses dimana dalam suatu sistem sosial terdapat perbedaan yang dapat diukur yang terjadi dalam suatu kurun waktu tertentu.

B.    Tujuan Proses Sosial dan Interaksi Sosial
1.    Terciptanya hubungan yang harmonis
2.    Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan
3.    Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat)

C.    Faktor-Faktor yang mempengaruhi Proses Sosial dan Interaksi Sosial
1.    Faktor Internal
Adapun yang menjadi dorongan dari dalam diri seseorang untuk berinteraksi sosial meliputi hal-hal berikut :
a.    Dorongan untuk meneruskan keturunan
b.    Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
c.    Dorongan untuk mempertahankan kehidupan
d.    Dorongan untuk berkomunikasi
2.    Faktor Eksternal
Terdiri dari :


a.    Faktor Imitasi
Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.
b.    Faktor Sugesti
Adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.
c.    Faktor Identifikasi
Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui serangkaian proses peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses kejiawaan yang sangat mendalam.
d.    Faktor Simpati
Yaitu proses kejiwaan dimana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau kelompok orang dikarenakan sikapnya, penampilannya, wibawanya atau perbuatannya yang sedemikian rupa.
e.    Faktor Motivasi
Yaitu rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa.Contohnya : motivasi dari seorang ayah kepada anaknya dan dari seorang guru kepada siswa.
f.    Faktor Empati
Faktor empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam (intens).

D.    Agen Sosialisasi
Menurut Fuller dan Yacobs (1973), ada 4 agen sosialisasi yaitu :
1.    Keluarga
Bisa keluarga inti (nuclear family) maupun keluarga besar (extended family) misalnya selain kedua orang tuanya dimungkinkan kakak, nenek, paman, bibi, atau pengasuhnya (pembantu Rumah Tangga, babysister, penitipan anak/TPA).
2.    Teman Bermain
Disini anak mendapatkan pengalaman bermain atau berinteraksi dengan kelompok yang berusia sederajat dengannya. Pada tahap ini anak mempelajari nilai-nilai keadilan, mempelajari aturan yang mengatur peran orang yang kedudukannya sederajat (game stage), dari teman bermainnya, atau bagaimana seorang anak berupaya untuk dapat masuk kedalam kelompoknya.
3.    Sekolah
Pendidikan formal mengajarkan peran-peran baru untuk persiapan dikemudian hari, yaitu kemandirian, prestasi, universalisme (perlakuan yang sama), dan spesifisitas (pada anak dapat terjadi kekurangan pada suatu pelajaran, tetapi untuk pelajaran yang lain, anak tetap dihargai keberhasilannya). Sekolah harus dapat mengembangkan peran-peran baru yang dapat membuat anak menjadi lebih percaya diri.

4.    Media massa
Berbagai tayangan di media massa elektronik telah mengubah perilaku seseorang dalam beberapa dekade terakhir, terutama setelah televisi, internet telah menjadi alat komunikasi dan informasi yang menguasai setiap kehidupan umat manusia, sejak masa kanak-kanank hingga masa dewasa. Sehingga media akan menjadi media yang efektif untuk merubah suatu pikiran maupun perilaku masyarakat dalam waktu yang relatif singkat, terutama bila dilingkungan keluarga maupun sekolah tidak ada model yang kuat sebagai benteng pertahanan.

E.    Syarat-syarat Interaksi Sosial
1.    Kontak Sosial
Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara satu pihak dengan pihak yang lain. Kontak sosial secara tidak langsung dapat terjadi karena adanya bantuan peralatan komunikasi sebagai perantara misalnya : radio, telepon, e-mail, surat dan lain sebagainya.
2.    Komunikasi Sosial
Merupakan syarat pokok lain dalam proses sosial, yang mengandung pengertian bila suatu hubungan sosial tidak terjadi komunikasi, maka dalam keadaan demikian tidak terjadi kontak sosial. Dengan komunikasi, maka sikap dan pikiran disatu pihak dapat diketahui oleh pihak lain.
    Pada dasarnya interaksi sosial/komunikasi sosial dapat berjalan secara verbal dan non verbal. Untuk interaksi sosial yang non verbal dapat disebutkan bahwa : gerakan tubuh, merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan sejak zaman manusia purba.

F.    Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
    Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu lain, atau antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Bentuk-bentuk interaksi dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1.    Kerjasama
Kerjasama akan terjadi apabila orang-orang yang akan terlibat menyadari bahwa mereka mepunyai kepentingan yang sama, pada saat yang sama, sehingga mereka dapat mengembalikan kepentingan-kepentingan pribadi menjadi kepentingan bersama. Pada dasarnya kerjasama akan terjadi apabila ada keuntungan-keuntungan yang diperoleh sebagai akibat kerjasama tadi, dibanding bekerja sendiri-sendiri.
2.    Persaingan
Persaingan merupakan suatu usaha untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang lainnya. Persaingan antar kelompok berarti telah terjadi kerjasama dalam kelompok untuk bersaing mendapatkan sesuatu yang lebih. Persaingan merupakan suatu kegiatan yang berbentuk perjuangan sosial untuk mencapai tujuan. (Soedjono Dirdjosisworo). Persaingan dapat karena untuk mendapatkan status sosial, jodoh, kedudukan atau kekuasaan, kekayaan dll.
3.    Pertikaian
Pertikaian atau pertentangan adalah bentuk persingan yang berkembang secara negatif, karena salah satu pihak akan menggunakan cara-cara untuk menjatuhkan lawannya.



4.    Akomodasi
Akomodasi terjadi bila hubungan kedua belah pihak seimbang, masing-masing menerima nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku atau menyelesaikan pertikaian.





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas dapat disimpulkan :
1.    Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
2.    Tujuan dari proses sosial dan interaksi sosial :
a.    Terciptanya hubungan yang harmonis
b.    Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan
c.    Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat)
3.    Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial :
a.    Faktor internal
•    Dorongan untuk meneruskan keturunan
•    Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
•    Dorongan untuk mempertahankan kehidupan
•    Dorongan untuk berkomunikasi
b.    Faktor eksternal
•    Faktor Imitasi
•    Faktor Sugesti
•    Faktor Identifikasi
•    Faktor Simpati
•    Faktor Motivasi
•    Faktor Empati
4.    Agen sosialisasi :
a.    Keluarga
b.    Teman Bermain
c.    Sekolah
d.    Media massa
5.    Syarat terjadinya interaksi sosial :
a.    Kontak Sosial
b.    Komunikasi Sosial
6.    Bentuk interaksi sosial :
a.    Kerjasama
b.    Persaingan
c.    Pertikaian
d.    Akomodasi

B.    Saran






DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Hery. 2010. “Makalah Proses Sosial dan Interaksi sosial”. http://herry-gunawan.blogspot.com/2010/12/makalah-proses-sosial-dan-interaksi.html, diakses pada 08 Maret 2013.

Ratna, Wahyu. 2010. Sosiologi dan Antropologi Kesehatani. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Makalah Jejas, Adaptasi dan kematian sel

PATOLOGI
JEJAS, ADAPTASI DAN KEMATIAN SEL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
    Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara tetap mengubah stuktur dan fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan dan tekanan yang selalu berubah. Bila tekanan atau rangsangan terlalu berat, struktur dan fungsi sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit.
    Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi tersebut melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel bahkan kematian sel. Dalam bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel akan menyesuaikan diri, kemudian terjadi jejas sel atau cedera sel yang akan dapat pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan mengalami kematian sel. Dalam makalah ini akan membahas tentang mekanisme jejas, adaptasi dan kematian sel.
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian jejas sel ?
2.    Apa penyebab jejas sel ?
3.    Bagaimana proses adaptasi pada sel ?
4.    Bagaimana proses terjadinya kematian pada sel ?
C.    Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui pengertian jejas sel.
2.    Mengetahui penyebab jejas sel.
3.    Menjelaskan proses adaptasi pada sel.
4.    Menjelaskan proses terjadinya kematian pada sel.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Jejas Sel
    Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.
    Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan. Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan semula dan sel itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volume pada bagian-bagian sel.

B.    Penyebab Jejas Sel
Penyebab terjadinya jejas sel (cedera sel) :
1.    Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :
a.    Iskemia (kehilangan pasokan darah)
Dapat terjadi bila aliran arteri atau aliran vena dihalangi oleh penyakit vaskuler atau bekuan didalam lumen.
b.    Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi. Misalnya pneumonia.
c.    Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia, keracunan karbon monooksida.
    Tergantung pada derajat keparahan hipoksi, sel-sel dapat menyesuaikan, terkena jejas atau mati. Sebagai contoh, bila arteri femoralis menyempit, sel-sel otot skelet tungkai akan mengisut ukurannya (atrofi). Penyusutan massa sel ini mencapai keseimbangan antara kebutuhan metabolik dan perbekalan oksigen yang tersedia. Hipoksi yang lebih berat tentunya akan menyebabkan jejas atau kematian sel.
2.    Faktor fisik
a.    Trauma
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata, pada organisasi organel intrasel atau pada keadaa lain yang ekstrem, dapat merusak sel secara keseluruhan.
b.    Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan perbekalan darah untuk sel. Jejas pada pengaturan vasomotor dapat disertai vasodilatasi, bendungan aliran darah dan kadang-kadang pembekuan intravaskular. Bila suhu menjadi cukup rendah aliran intrasel akan mengalami kristalisasi.
c.    Suhu Tinggi
Suhu tinggi yag merusak dapat membakar jaringan, tetapi jauh sebelum titik bakar ini dicapai, suhu yang meningkat berakibat jejas dengan akibat hipermetabolisme. Hipermetabolisme menyebabkan penimbunan asam metabolit yang merendahkan pH sel sehingga mencapai tingkat bahaya.
d.    Radiasi
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan jejas, baik akibat ionisasi langsung senyawa kimia yang dikandung dalam sel maupun karena ionisasi air sel yang menghasilkan radikal “panas” bebas yang secara sekunder bereaksi dengan komponen intrasel. Tenaga radiasi juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat menjejas atau membunuh sel.
e.    Tenaga Listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh karena itu dapat menyebabkan luka bakar dan dapat mengganggu jalur konduksi saraf dan berakibat kematian karena aritmi jantung.
3.    Bahan kimia dan obat-obatan
    Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya perubahan pada beberapa fungsi vital sel, seperti permeabilitas selaput, homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor. Masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh, mengenai beberapa sel dan tidak menyerang sel lainnya. Misalnya barbiturat menyebabkan perubahan pada sel hati, karena sel-sel ini yang terlibat dalam degradasi obat tersebut. Atau bila merkuri klorida tertelan, diserap dari lambung dan dikeluarkan melalui ginjal dan usus besar. Jadi dapat menimbulkan dampak utama pada alat-alat tubuh ini. Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat menyebabkan jejas sel :
a.    Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b.    Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
4.    Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
    Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai virus, ricketsia, bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini menginfeksi manusia melalui akses langsung misalnya inhalasi, sedangkan yang lain menginfeksi melalui transmisi oleh vektor perantara, misalnya melalui sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh dapat mengalami kerusakan secara langsung oleh mikroorganisme, melalui toksis yang dikeluarkannya, atau secara tidak langsung akibat reaksi imun dan perandangan yang muncul sebagai respon terhadap mikroorganisme.
5.    Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen. Antigen endogen (misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
6.    Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi suatu enzim kelangsungan.
7.    Ketidakseimbangan nutrisi, antara lain :
a.    Defisiensi protein-kalori.
b.    Avitaminosis.
c.    Aterosklerosis, dan obesitas.
8.    Penuaan.

C.    Proses Adaptasi Sel
Adaptasi sel dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1.    Atrofi
    Adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat terjadi akibat sel atau jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami imobilisasi atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi 0). Atrofi juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsang hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan.


2.    Hipertrofi
    Adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi merupakan suatu respon adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel. Terdapat 3 jenis utama hipertrofi yaitu :
a.    Hipertrofi fisiologis terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu sel secara sehat.
b.    Hipertrofi patologis terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan sakit
c.    Hipertrofi kompensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran sel lain yang telah mati.
3.    Hiperplasia
    Adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat peningkatan mitosis. Hiperplasia dapat terbagi 3 jenis utama yaitu :
a.    Hiperplasia fisiologis terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus selama stadium folikuler pada siklus mentruasi.
b.    Hiperplasia patologis dapat terjadi akibat kerangsangan hormon yang berlebihan.
c.    hiperplasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk mengganti jumlah sel yang sebelumnya mengalami penurunan.
4.    Metaplasia
    Adalah berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi sebagai respon terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan peradangan kronis pada jaringan.



5.    Displasia
    Adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang berbeda ukuran, bentuk dan penampakannya dibandingkan sel asalnya.Displasia tampak terjadi pada sel yang terpajan iritasi dan peradangan kronik.

D.    Proses Kematian Sel
    Akibat  jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel ( cellular death ). Kematian sel dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic death ) atau kematian umum dan dapat pula setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan teratas atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Terdapat dua jenis utama kematian sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis (dari bahasa yunani apo = “dari” dan ptosis = “jatuh”) adalah kematian sel terprogram (programmed cell death), yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.
1.    Apoptosis
    Adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap molekular yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak ditandai dengan adanya pembengkakan atau peradangan, namun sel yang akan mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh oleh sel di sebelahnya. Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan suatu mekanisme yang dapat mengeliminasi sel yang tidak diinginkan, sel yang menua, sel berbahaya, atau sel pembawa transkripsi DNA yang salah.
    Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus berlanjut sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis meliputi isyarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host). Hal ini merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai berikut :
a.    Sel mengkerut
b.    Kondesasi kromatin
c.    Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
d.    Fagositosis oleh sel di sekitarnya
2.    Nekrosis
    Adalah kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah hipoksia berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal bebas, dan kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Respon imun dan peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian pada individu. Istilah nekrobiosis digunakan untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus-menerus. Nekrobiosis misalnya terjadi pada sel-sel darah dan epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi organ, peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis, peningkatan enzim serum.


Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis yaitu :
a.    Disgestif enzimatik sel baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati) atau heterolysis(enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering meninggalkan cacat jaringan yang diisi oleh leukosit imigran dan menimbulkan abse.
b.    Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan.
Kematian sel menyebabkan kekacauan struktur yang parah dan akhirnya organa sitoplasma hilang karena dicerna oleh enzym litik intraseluler (autolysis).
3.    Akibat Kematian Sel
    Kematian sel dapat mengakibatkan gangren. Gangren dapat diartikan sebagai kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan sebagai kering dan basah. Gangren kering sering dijumpai diektremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia berkepanjangan. Gangren basah adalah suatu area kematian jaringan yang cepat perluasan, sering ditemukan di organ dalam dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang mati tersebut. Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh manivestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren ren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri anaerob yang disebut clostridium. Gangren gas cepat meluas kejaringan disekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin yang mematikan oleh bakteri yang membunuh sel-sel disekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan.
 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas dapat disimpukan :
1.    Jejas sel adalah cedera pad sel karena suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.
2.    Penyebab jejas sel antara lain :
a.    Hipoksia (pengurangan oksigen)
b.    Faktor fisik, termasuk trauma, panas, dingin, radiasi, dan tenaga listrik.
c.    Bahan kimia dan obat-obatan
d.    Bahan penginfeksi
e.    Reaksi imunologik
f.    Kekacauan genetik
g.    Ketidakseimbangan nutrisi
h.    Penuaan.
3.    Proses adaptasi sel dapat dikategorikan sebagai berikut :
a.    Displasia
b.    Metaplasia
c.    Hiperplasia
d.    Hipertrofi
e.    Atrofi
4.    Proses kematian sel dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Nekrosis dan Apoptosis. Akibat dari kematian sel dalam jumlah besar disebut Gangren.

B.    Saran
Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas sel atau cedera sel agar dapa terhindar dari kematian sel.


















DAFTAR PUSTAKA


Robiins dan Kumar. 1992.  Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.